Beranda

Sabtu, 12 Maret 2016

MATERI ANALISA WACANA

ANALISIS WACANA



Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasio yang besar dari berbagi definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana? sebelum lebih jauh ada beberapa pengertian terkait dengan analisis wacana itu sendiri, di antaranya yaitu:
Wacana : sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan ; pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya. (Longman Dictionary of vthe English Language)
Wacana : rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang lainnya, membentuk suatu kesatuan, sehimgga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. (J. S. Badudu 2000)
Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktifitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. (Hawthorn 1992)
Di sini ada beberapa perbedaan pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu tulisannya telah membahas dengan baik perbedaan paradigma analisis wacana dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai berikut :
Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahas dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris, oleh penganut aliran ini, bahas dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan obyek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distori, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sitaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiri. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuansi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai-nilai yang mendasari pernyataanya. Oleh karena itu, tata bahasa, kebanaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran positivisme-empiris tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.
Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivisme-empirisme yang memisahkan subyek dan obyek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif belaka dan yang dipisahkan dari subyek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.
Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis / CDA), wacana di sini tidak semata dipahami sebagai studi bahasa. Pada akhirnya analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahas dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana, pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi, ia dapat memproduksi dan memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan melalui wacana, sebagai contoh, keadaan yang rasis, seksis, atau ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common sense, suatu kewajaran/alamiyah dan memang seperti itu kenyataannya.
Berikut ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis. Bahan diambil dari tulisan Teun A. Van dijk, Fairclough, dan Wodak.
Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan pemahaman semacam ini mengasosiakan wacana sebagai bentuk interaksi. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri, seperti orang sedang mengigau atau di bawah hipnotis. Seseorang berbicara atau  menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
Konteks analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu.
1.       Histori
2.       Kekuasaan
3.       Ideologi
ANALISIS WACANA
Contoh dalam kasus Ahmadiyah
  1. Kelompok Enam dan Tujuh
Dilihat dari sejarah Mira Gulam Ahmad mendominasi di India yang pindah ke inggris lantas menyebarkan agama islam di sana dan terjadi perbedaan tentang nabi terakhir.
Jadi wajar ada perbedaan tentang Ahmadiyah.
  1. Kelompok Pertama
Di indonesia dianggap sebagai madzhab bukan sebagai ajaran, jadi siapa sebenarnya Mira Gulam Ahmad?
Sebenarnya Gulam Ahmad adalah seorang muslim yang taat dan kreatif menulis buku. Sebelum pindah ia sudah menulis buku yang isi di dalamnya Gulam Ahmad berkata : Aku adalah Adam, Aku adalah Ibrohim, Aku adalah Musa…….
Dari itu orang terlalu ngefans sama ia, sehingga orang-orang menganggap ia Nabi.
Intinya tidak menjustifikasikan ahmadiyah.
Pertanyaan : Andakan orang Indonesia kenapa anda tidak menjustifikasikan   Ahmadiyah?
Jawab : berdasarkan Pancasila dan Ayat Surat Al-Kafirun
  1. Kelompok  ke Tiga
Kenapa Ahmadiyah dianggap sebagai aliran sesat, mari kita simak”
Sebenarnya orang inggris ingin menghancurkan islam dari dalam, itu terbukti kenapa disebut Ahmadiyah, kalau di Indonesia lebih moderat dengan mengikuti ajaran islam dan mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi, tapi dalam kenyataan menyalahi aturan. Intinya Ahmadiyah dianggap sesat.
Pertanyaan : Setujukah anda dengan tindakan anarkis di Indonesia?
Jawab : Tidak, karena termasuk tindakan kriminal dan merugikan banyak pihak.
Opini wacana, Analisa wacana harus :
Obyektif, kalau tidak obyektif maka terjadi perbedaan justifikasi benar atau salah
Wacana berkembang tidak lepas dari nilai (value)
Wacana berkembang tidak lepas dari faktor kepentingan
Setiap wacana yang berkembang pasti mempengaruhi massa/tanggapan massa
Pertanyaan : Apakah Gusdur mengatakan Ahmadiyah boleh di Indonesia asal jangan menggunakan kata islam?
Jawab : yang menolak pasti islam kanan ’mentok’ , yang menganalisa secara kaffah, sedangkan Gusdur tidak menganalisa secara obyektif. Segala sesuatu tidak lepas dari faktor kepentingan, seperti kasus Ambalat dan kasus tragedi 12 Mei/ penurunan ORBA adalah tidak lepas dari kepentingan-kepentingan besar seperti IMF dan para pemodal, sedangkan mahasiswa hanya sebagai alat.  Alat untuk mempermudah untuk mencapai tujuan kepentingan, jadi mahasiswa seharusnya tidak hanya melihat sesuatu yang nampak saja.
Pada tahun 1980 Ahmadiyah dianggap sesat kenapa sampai sekarang masih ada Ahmadiyah? Tidak ada yang tahu hati seseorang, karena tidak mudah merubah keyakinan seseorang!
               
“JADI WACANA YANG BERKEMBANG TIDAK LEPAS DARI FAKTOR KEPENTINGAN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar